Wednesday, February 15, 2017

Ath Thaifah Al Manshurah

Dalam berbagai hadits shahih dijelaskan, akan senantiasa ada sekelompok umat Islam yang berpegang teguh di atas kebenaran. Mereka akan melaksanakan perintah Al Qur’an dan As Sunnah dengan konsekuen dan akan selalu meraih kemenangan dalam memperjuangkan Islam. Kelompok Islam ini disebut Ath Thaifah Al Manshurah, atau kelompok yang mendapat kemenangan. Kelompok ini akan senantiasa ada sampai saat bertiupnya angin lembut yang mewafatkan seluruh kaum beriman menjelang hari kiamat kelak.
Kelompok ini diawali dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta segenap sahabat, berlanjut dengan generasi-generasi Islam selanjutnya, sampai pada generasi Islam yang menyertai Al Mahdi dan Nabi Isa ‘alaihis salam dalam memerangi Dajjal laknatullah.

Hadits-hadits tentang Ath Thaifah Al Manshurah diriwayatkan dari banyak jalur dan menurut penelitian sejumlah ulama hadits, hadits-hadits tentang Ath Thaifah Al Manshurah telah mencapai derajat mutawatir. Kelompok ini adalah kelompok elit umat Islam. Mereka adalah sekelompok kecil kaum yang sering disebut sebagai fundamentalis Islam, di tengah mayoritas umat Islam yang lalai dari kewajiban berpegang teguh dengan Al Qur’an dan As Sunnah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menamakan kelompok ini Ath Thaifah Al Manshurah, kelompok yang mendapatkan kemenangan. Penamaan ini merupakan sebuah janji kemenangan bagi mereka, baik dalam waktu yang cepat atapun lambat, baik kemenangan materi maupun spiritual.

Di antara hadits-hadits tentang Ath Thaifah Al Manshurah tersebut adalah sebagai berikut:
“Akan senantiasa ada satu kelompok dari umatku yang meraih kemenangan (karena berada) di atas kebenaran, orang-orang yang menelantarkan mereka tidak akan mampu menimbulkan bahaya kepada mereka, sampai datangnya urusan Allah sementara keadaan mereka tetap seperti itu.” [HR. Muslim no. 3544 dan Tirmidzi no. 2155]
“Akan senantiasa ada sekelompok umatku yang berperang di atas kebenaran. Mereka meraih kemenangan atas orang-orang yang memerangi mereka, sampai akhirnya kelompok terakhir mereka memerangi Dajjal.” [HR. Abu Daud no. 2125]
Riwayat tersebut menjelaskan bahwa di akhir zaman, kelompok Ath Thaifah Al Manshurah adalah mereka yang bergabung dengan Al Mahdi untuk memerangi musuh-musuh Islam, dimana Dajjal laknatullah adalah salah satu yang akan dikalahkan oleh kelompok ini. Parameter kebenaran saat itu adalah mereka yang bersama Al Mahdi, sedang mereka yang menolak Al Mahdi adalah munafik. Kelompok Ath Thaifah Al Manshurah yang memberikan dukungan kepada Al Mahdi telah dijelaskan ciri-ciri mereka dalam beberapa riwayat yang kemudian dikenal dengan nama Ashabu Rayati Suud (The Black Banner), Pasukan Panji Hitam dari Khurasan.

Siapakah sebenarnya Ashabu Rayati Suud yang kelak menjadi pendukung Al Mahdi? 
Ada beberapa riwayat yang menjelaskan keberadaan kelompok ini, di antaranya adalah sebagai berikut:
"Akan keluar sebuah kaum dari arah Timur, mereka akan memudahkan kekuasaan bagi Al Mahdi.”
“Dari Khurasan akan keluar beberapa bendera hitam, tak sesuatupun bisa menahannya sampai akhirnya bendera-bendera itu ditegakkan di Iliya (Baitul Maqdis).”
Berdasarkan riwayat di atas, kemunculan Ashabu Rayati Suud adalah di saat kemunculan Al Mahdi –Allahu a’lam-. Ini berarti keberadaan Ashabu rayati Suud dan embrionya bisa jadi sudah muncul jauh-jauh hari sebelum kemunculan Al Mahdi. Sebab, kemunculan sebuah kelompok yang kelak mewakili satu-satunya kelompok paling haq di antara kelompok umat Islam yang ada jelas tidak mungkin muncul dengan sekejap. Mereka adalah para Mujahidin yang terlatih dalam seni berperang, yang senantiasa menegakkan kebenaran dan bibirnya selalu basah oleh Takbir dan Tahmid. Bisa saja mereka itu berasal dari satu induk kekuatan Mujahidin yang terbagi menjadi beberapa faksi.
Namun perlu diketahui bahwa dari sejumlah pemahaman hadits tentang pasukan panji hitam (Ashabu Rayati Suud), maka pasukan panji hitam dalam hadits-hadits di atas bukanlah pasukan ISIS seperti yang diklaim oleh sebagian mereka, karena pasukan ISIS telah dikabarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang keberadaan mereka sebagai khawarij. Adapun pasukan panji hitam yang haq yang akan mendukung Al Mahdi adalah yang datang dari Khurasan, yang kini sebagiannya mewujud menjadi sosok Mujahidin. Allahu a’lam.

Menjadi Bagian Ath Thaifah Al Manshurah 
Jika ingin menjadi bagian kelompok elit Islam ini, sebenarnya kita sudah harus menyiapkan diri sedini mungkin. Belumlah terlambat, sepatutnya kita segera dan semaksimal mungkin belajar hidup sebagaimana dicontohkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat. Hidup mereka untuk Allah, dari Allah, kepada Allah. Berbuat hanya karena Allah Ta’ala semata. Hati mereka tidak pernah lalai dari mengingat dan memuji Allah. Adakah kita semua sedang mengamalkannya? Atau sebaliknya, kita malah lebih sibuk mengikuti tren-tren ciptaan the hiddenhand seperti LGBT, seks bebas, narkoba dan banyak lagi lainnya? Dari segi tahap, mereka terlalu jauh di depan. Mereka dekat kepada Allah dengan kedekatan yang sebenar-benarnya. Jika kita tidak tegas membentengi diri dengan iman dan takwa, kita pasti akan terseret masuk ke dalam pusaran gelap ciptaan Dajjal Laknatullah. Jika kita (terutama para pemuda) lebih sibuk mengikuti tren-tren yang cenderung merusak moral tersebut, maka kita akan kehilangan fokus untuk mengenali sosok Al Mahdi. Bahkan bukan tidak mungkin malah menjadi pengikut Dajjal. Na’udzubillahi mindzalik. Ingatlah bahwa fitnah Dajjal sangatlah dahsyat.
Memang sulit bagi kita untuk melepaskan diri dari perangkap yang telah mereka (hiddenhand) pasang. Untuk itu, kembalilah kepada Islam dan berusahalah menjadi Muslim sejati. Bukan tidak mungkin kita akan diberikan jalan untuk mengenal manusia terpilih ini beserta sahabatnya. Insya Allah. Bersama Al Mahdi dan Ashhabu Rayati Suud menuju Al Malhamah al Kubra. Perang terbesar yang tercatat dalam semua kitab agama langit.
Wallahu a’lam bishshawab.
*EraMuslim, dengan suntingan dan tambahan*

Monday, February 13, 2017

Kisah Jassasah

Dari Fathimah binti Qais, saudari Adh Dhahhak bin Qais, salah satu wanita yang turut serta dalam hijrah pertama, ia berkata:
Aku mendengar penyeru Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam menyerukan shalat jamaah. Aku keluar ke Masjid lalu shalat bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam. Aku berada di shaf kaum wanita yang berada di belakang kaum. Setelah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam menyelesaikan shalat, Beliau duduk di atas mimbar dan Beliau tertawa.
Beliau bersabda: "Hendaklah setiap orang tetap berada di tempatnya."
Setelah itu Beliau bertanya: "Tahukah kalian, kenapa aku mengumpulkan kalian?" mereka menjawab: Allah dan rasulNya lebih tahu.
Beliau bersabda: Demi Allah, sesungguhnya aku tidak mengumpulkanmu karena harapan atau rasa takut, tapi aku mengumpulkan kalian karena Tamim Ad Dari dulunya orang Nasrani lalu ia datang, berbaiat lalu masuk Islam. Ia menceritakan suatu hadits padaku, sama seperti hadits yang aku ceritakan kepada kalian tentang Al Masih Dajjal. Ia menceritakan kepadaku bahwa ia naik perahu bersama tigapuluh orang dari Lakham dan Judzam. Gelombang mempermainkan mereka di laut selama sebulan lalu mereka menepi ke suatu pulau di lautan hingga matahari tenggelam. Mereka duduk di dekat perahu lalu masuk ke pulau. Seekor binatang menemui mereka, banyak bulunya, mereka tidak tahu mana kemaluannya dan mana duburnya karena banyak bulunya.

Mereka bertanya: Celakalah kau, apa kau ini? ia menjawab: Aku adalah jassaasah.
Mereka bertanya: Apa itu jassaasah? Ia berkata: Wahai kaum, pergilah ke orang itu di ujung kampung, dia merindukan kabar kalian.
Adh Dhahhak berkata: Saat ia menyebut nama seseorang pada kami, kami takut jangan-jangan ia setan. Kami segera pergi hingga memasuki perkampungan, ternyata di sana ada orang terbesar yang pernah kami lihat, paling kuat dan tangannya terbelenggu di leher, antara lutut dan mata kakinya terbelenggu besi.
Kami berkata: Celakalah kamu, apa kau ini? ia menjawab: Kalian telah mengetahuiku, maka beritahukan siapa kalian? Mereka menjawab: Kami dari Arab, kami naik perahu. Saat gelombang menghebat, kami dipermainkan selama sebulan kemudian kami menepi ke pulaumu ini. Kami duduk di dekat perahu lalu kami masuk ke pulau. Seekor hewan menemui kami, bulunya lebat, tidak jelas mana kemaluannya dan mana duburnya karena banyaknya bulu. Kami bertanya: Celakalah kau, apa kau ini? ia menjawab: Aku adalah jassaasah. Kami bertanya: Apa itu jassaasah? Ia berkata: Wahai kaum, pergilah ke orang itu di ujung kampung, dia merindukan kabar kalian. Lalu kami segera menujumu dan kami takut padanya, kami tidak aman jangan-jangan ia setan.

Ia berkata: Beritahukan padaku tentang kurma Baisan. Kami bertanya: Tentang apanya yang kau tanyakan? Ia berkata: Aku bertanya pada kalian tentang kurmanya, apakah sudah berbuah? Kami menjawab: Ya. Ia berkata: Ingat, ia hampir tidak membuahkan lagi.
Ia berkata: Beritahukan padaku tentang danau Thabari. Kami bertanya: Tentang apanya yang kau tanyakan? Ia menjawab: Apakah ada airnya? Mereka menjawab: Airnya banyak. Ia berkata: Ingat, airnya hampir akan habis.
Ia berkata: Beritahukan padaku tentang mata air Zughar. Mereka bertanya: Tentang apanya yang kau tanyakan? Ia berkata: Apakah disana ada airnya dan apakah penduduknya bercocok tanam dengan air itu? Kami menjawab: Ya, airnya banyak dan penduduknya bercocok tanam dengan air itu.
Ia berkata: Beritahukan padaku tentang Nabi orang-orang buta huruf, bagaimana keadaannya? Mereka menjawab: Ia telah muncul dari Makkah dan tinggal di Yatsrib. Ia bertanya: Apakah orang-orang Arab memeranginya? Kami menjawab: Ya. Ia bertanya: Apa yang mereka lakukan terhadapnya? Lalu kami memberitahunya bahwa beliau menang atas bangsa Arab di sebelahnya dan mereka menaatinya. Ia bertanya pada mereka: Itu sudah terjadi? Kami menjawab: Ya. Ia berkata: Ingat, sesungguhnya itu baik bagi mereka untuk menaatinya. Aku akan beritahukan pada kalian siapa aku. Aku adalah Al Masih Dajjal dan aku sudah hampir diizinkan untuk keluar lalu aku akan keluar. Aku melintasi bumi, aku tidak membiarkan satu perkampungan pun kecuali aku singgahi selama empatpuluh hari kecuali Makkah dan Thaibah (Madinah), keduanya diharamkan bagiku. Setiap kali aku hendak memasuki salah satunya, Malaikat membawa pedang kuat menghadangku menghalangiku dari tempat itu dan disetiap jalannya terdapat Malaikat-malaikat penjaga."
Fathimah berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda seraya memukulkan tongkat pendek Beliau ke mimbar: "Inilah Thaibah, inilah Thaibah, inilah Thaibah -maksud Beliau Madinah-. Ingat, apakah aku sudah menceritakannya pada kalian?" mereka menjawab: Ya. "Hadits Tamim membuatku heran, ceritanya sama seperti yang aku ceritakan pada kalian tentang Dajjal, Madinah dan Makkah. Ingat, sesungguhnya Dajjal ada di lautan Syam atau Yaman. Tidak, tapi dari arah timur. Ia tidak berada di arah timur, ia tidak berada di arah timur. Ia menunjukkan tangannya ke timur."
Fathimah berkata: Aku menghafal ini dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam.
(Shahih: HR. Muslim no. 5235, versi Syarh Muslim no. 2942)

Friday, January 13, 2017

Pancasila, Bhineka, Al Qur'an dan Hadits

Sila Pertama: 
Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu." (QS. Al Ikhlas: 1-2)
“… Padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa…” (QS. Al Maidah: 73)
Dan masih banyak ayat-ayat lainnya…

Sila Kedua: 
Point Kemanusiaan: 
“Maka terhadap anak yatim, janganlah engkau berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang meminta-minta, janganlah engkau menghardiknya.” (QS. Adh Dhuha: 9-10)
“Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang mereka infakkan. Jawablah, ‘Harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu bapakmu, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa saja kebajikan yang kamu perbuat sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 215)
“Katakan, ‘Marilah kubacakan apa yang diharamkan Tuhanmu atasmu, janganlah kamu mempersekutukan sesuatu pun dengan-Nya, berbuat baiklah terhadap kedua orang tua, dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan jangan kamu mendekati perbuatan keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala mengharamkannya (membunuhnya) kecuali dengan sebab yang benar. Demikianlah Dia telah mewasiatkan kepadamu mengenai hal itu supaya kamu memahami.” (QS. Al An’am: 151)
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (QS. Al Insan: 8-9)
“Ialah, orang-orang yang membelanjakan (menyedekahkan) harta di waktu lapang dan di waktu sempit, dan orang-orang yang menahan amarah dan yang memaafkan (kesalahan) manusia. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran: 134)
“…Janganlah kamu menyembah sesuatu selain Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berbuatlah kebaikan terhadap ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin, dan ucapkanlah kata-kata baik kepada manusia…” (QS. Al Baqarah: 83)
“…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran…” (QS. Al Maidah: 2)
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah: ‘Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu.” (QS. Al Baqarah: 220)
Iyadh bin Himar Al Mujasyi’I Radhiyallahu ‘anhu berkata: Saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Penghuni surga itu ada tiga: pemilik kekuasaan yang sederhana, derma dan penolong; seorang yang berbelas kasih, berhati lunak pada sanak kerabat; dan orang Muslim yang sangat menjaga diri meski memiliki tanggungan.” (HR. Muslim no. 5109)
Dan masih banyak ayat-ayat dan hadits-hadits lainnya…

Sila Kedua: 
Point Adil: 
“Katakanlah: ‘Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan…" (QS. Al A’raf: 29)
“…Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.” (QS. Al Maidah: 42)
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (QS. An Nisa: 135)
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menyuruh berlaku adil dan berbuat kebaikan dan memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi kamu nasihat supaya kamu mengambil pelajaran." (QS. An Nahl: 90)
“Sesungguhnya orang-orang yang berbuat adil ,di mata Allah berada di atas mimbar yang terbuat dari cahaya, berada di sebelah kanan Ar-Rahman Azza wa Jalla. Yaitu mereka yang berbuat adil dalam hukum, adil dalam keluarga dan adil dalam menjalankan tugas yang dibebankan kepada mereka.” (HR. Nasai no. 5284, Ahmad no. 6204 dan Muslim no. 3406)
Dan masih banyak ayat-ayat dan hadits-hadits lainnya…

Sila Kedua: 
Point Beradab: 
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” (QS. Al Isra’: 23-24)
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. Dan jika kamu tidak menemui seorangpun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu, ’Kembalilah!’ Maka (hendaklah) kamu kembali. Itu lebih suci bagimu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. An Nur: 27-28)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan…” (QS. Al Hujurat: 11)
”Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun, ia berdo’a ‘Ya Rabb-ku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shalih yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Al Ahqaf: 15)
Dari Salman al-Farisi Radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, “Orang-orang musyrik telah bertanya kepada kami, ‘Sesungguhnya Nabi kalian sudah mengajarkan kalian segala sesuatu hingga diajarkan pula adab buang air besar!’ Maka, Salman Radhiyallahu 'anhu menjawab, ‘Ya!” (HR. Muslim no. 385, Abu Dawud no. 6, Tirmidzi no. 16, Nasai no. 41, Ahmad no. 22604 dan Ibnu Majah no. 316)
Dan masih banyak ayat-ayat lainnya dan bahkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan adab-adab dalam kegiatan sehari-hari (adab berkaitan tidur, makan, minum, kentut, bersin, menguap, buang air kecil, (maaf) buang air besar, belajar/mencari ilmu, berdagang, bekerja, bertamu, menerima tamu, menengok orang sakit, mengunjungi kerabat yang berduka, mandi, bertetangga, memimpin, berperang, adab ketika dijalan, dan banyak lagi) dalam banyak hadits.

Sila Ketiga: 
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13)
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al Hujurat: 10)
“Jangahlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan, bertakwa dan mengadakan ishlah (damai) di antara manusia. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 224)
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan.Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang sebaik-baiknya, maka tiba-tiba orang yang di antara engkau dan dirinya ada permusuhan, akan menjadi seperti seorang teman yang setia.” (QS. Fushshilat: 34)
Dan masih banyak ayat-ayat lainnya…

Sila Keempat: 
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali Imran: 159)
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka, dan mereka menafkahkan (sedekah) sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. Asy Syura: 38)
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: ‘Berlapang-lapanglah dalam majelis’, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu…” (QS. Al Mujadilah: 11)
Dan masih banyak ayat-ayat lainnya…

Sila Kelima: 
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menyuruh berlaku adil dan berbuat kebaikan dan memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi kamu nasihat supaya kamu mengambil pelajaran.” (QS. An Nahl: 90)
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.” (QS. An Nisa: 58)
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.“ (QS. Al Maa’uun: 1-3)
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian. “ (QS. Adz Dzariyat: 19)
“Dan, apabila hadir pada waktu pembagian warisan itu kaum kerabat yang lain dan anak-anak yatim dan orang-orang miskin, maka berikanlah kepada mereka sesuatu darinya, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.” (QS. An Nisa: 8)
"…Yang sebenarnya kebaikan ialah yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hari kemudian dan malaikat-malaikat dan kitab dan nabi-nabi, dan memberikan harta atas kecintaan kepada-Nya kepada kaum kerabat, dan anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, dan orang musafir (yang memerlukan pertolongan), dan mereka yang meminta sedekah dan untuk memerdekakan hamba sahaya… (QS. Al Baqarah: 177)
“…Dan berbuat baiklah terhadap kedua orang tua, dan kaum kerabat, dan anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, dan tetangga yang sesanak-saudara dan tetangga yang bukan kerabat, dan teman sejawat, dan orang musafir, dan yang dimiliki oleh tangan kananmu. Sesungguhnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menyukai orang sombong dan membanggakan diri. (Yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir…” (QS. An Nisa: 36-37)
‘Aidz bin Amru Radhiyallahu ‘anhu, ketika ia masuk kepada ‘Ubaidillah bin Ziyad berkata; Wahai anakku, sesungguhnya aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya seburuk-buruk penguasa adalah yang berlaku zhalim (kejam), maka janganlah kamu tergolong daripada mereka.” (HR. Ahmad no. 19719 dan Muslim no. 3411)
Amr bin Murrah berkata kepada Mu'awiyah; Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidaklah seorang pemimpin yang menutup pintu rumahnya karena tidak mau melayani orang yang memerlukan, fakir miskin dan sangat membutuhkan, kecuali Allah akan menutup pintu langit karena kefakiran, kesulitan dan kemiskinannya." (HR. Tirmidzi no. 1253, Ahmad 1734)
Dan masih banyak ayat-ayat dan hadits-hadits lainnya…

Kebhinekaan: 
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13)
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.” (QS. Ar Ruum: 22)
Dan masih banyak ayat-ayat lainnya…